Selasa, 21 Desember 2010

Nugget Ayam

















Siapa tak kenal nugget; makanan top& simple yang memanjakan lidah anak2. Tak kurang ibu2 sekarang dengan alasan kepraktisan selalu menyediakan stock di lemari pendingin untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga akan makanan siap saji. Produsen bak tergiur untuk memunculkan berbagai variasai bentuk dan rasa; ada yg bentuk kemasan tapi ada yang dijual secara curah. Tentu saja karena sifatnya harus tahan lama, enak dilidah dan mendapatkan margin yang cukup aduhai diberilah pengawet dan penguat rasa.
Kenapa kita tidak mencoba membuatnya sendiri? sederhana membuatnya, dan yang lebih penting lebih sehat karena terbuat dari daging pilihan, bebas bahan pengawet dan penguat rasa.

Ini resepnya :

Nugget Ayam (Original)

Bahan :

2 dada ayam ambil dagingnya dan giling (atau cacah lembut)

Roti tawar kupas 2 lembar (simpan dulu di kulkas supaya gampang diremas)

2 butir telur

Tepung panir

Bumbu :

4 siung bawang putih

1 sdt merica bubuk

½ sdt bubuk pala

1 sdt garam

1 sdt gula

Cara Membuat :

1. 11. Daging ayam giling campur dengan roti tawar yang sudah diremas2 (duhaluskan)

2. 2. Bumbui dengan bawang putih yang telah dihaluskan, garam merica, pala , gula

3. 3. Kocok 1 butir telur; tambahkan di dalam adonan, sedikit demi sedikit sampai adonan bisa dipuleni.

4. 4. Ratakan adonan setebal ½ cm di Loyang atau wadah yg ceper yg sudah dialasi daun pisang.

5. . 5. Kukus sampai matang; angkat dan biarkan agak dingin; cetak dengan berbagai bentuk cetakan roti kering atau potong-potong panjang (berbentuk stick).

6. 6. Kocok 1 butir telur; masukkan nugget yg telah dibentuk/diiris dalam kocokan telur. Lumuri dengan tepung panir. Masukkan dalam kulkas.

7. 7. Goreng setiap saat jika mau dihidangkan.

  • Untuk ½ kg nugget
  • Bisa ditambahkan keju jika menginginkan rasa keju.

Sabtu, 18 Desember 2010

BUNTIL DAUN TALAS


Buntil makanan Jawa Tengah ini mulai susah didapat, apalagi di Jakarta. Namun demikian terkadang di warung masih bisa ditemui buntil daun singkong atau daun papaya; Buntil daun talas?? Wah mungkin hampir tidak ada yang menjualnya. Buntil daun talas, yang lembut , ketika digigit sensani kelembutannya dipadu dengan bumbu yang gurih tidak akan tertandingi buntil daun papaya ataupun buntil daun singkong . Alasan kenapa tidak ada yang membuat , mungkin karena selain daun talas tidak ada yang jual ( walaupun banyak tumbuh dikebon2 dan di pematang sawah) ; alasan lain tidak tahu cara mengolahnya. Karena jika tidak telaten mengolahnya , bukan kelembutan buntil yang didapat tapi buntil terasa gatal.

Resep dasar aku dapatkan ketika jaman mahasiswa dulu, lagi KKN di daerah Kajen Kabupaten Pekalongan, melihat pematang sawah banyak ditanami pohon talas; tapi rimbunan daunnya tidak ada yang memanfaatkan untuk diolah sebagai masakan.
Ketika harus mengadakan bazaar untuk kunjungan Rektor; terpikir untuk memanfaatkan & mensosialisasikan daun talas menjadi makanan yang layak jual. Dengan resep dasar ibu dari seorang teman (Ngesti anak Kedokteran Undip dulu..sekarang dimana ya bu Dokter?..terima kasih untuk ibu ya..…); akhirnya pohon2 talas ini kami gunduli daunnya untuk kita olah menjadi buntil. Alhamdulilah puluhan buntil ludes terjual dalam sekejap….

Dengan semangat untuk melestarikan resep buntil dan memuaskan kekangenan sekali2 terhadap masakan ini; aku menaman pohon talas di halaman belakang....ketika musim hujan daun2 itu tumbuh subur dan siap
dipanen untuk diolah sebagai Buntil.



Dengan divariasi bahan tambahan, udang/teri medan ,telor, Kembangmangkok berbagi resep, buntil daun talas yang lembut dan bebas gatal…
Ini resepnya...




Bahan
- Daun talas yang muda (dari pohon talas yang batangnya ungu)
- Lidi/tusuk gigi






Isi :
½ butir Kelapa parut (yg agak muda seperti untuk urap)
Petai Cina (1 genggam (atau sesuai selera)
2 Cabe merah
3 Cabe hijau
¼ kg Udang
Teri medan (secukupnya)
1 butir telur
4 siung Bawang merah
4 siung Bawang putih
Ketumbar
1 ruas Kencur 1
Gula jawa secukupnya
Garam secukupnya

Kuah :
4 siung Bawang merah
3 siung bawang putih
2 Cabe merah besar (buang isinya)
Cabe rawit merah secukupnya
750 ml Santan kental
Gula jawa secukupnya
Garam
Daun Salam
1 ruas Lengkuas
Minyak untuk menumis bumbu


Cara Membuat :

1. Daun talas, setelah dipotong dari tangkainya , cuci bersih, kemudian dijemur sampai layu mendekati kering. Angkat cuci bersih lagi.
2. Buat bahan ISI Buntil :
a. Haluskan bumbu : bawang merah, bawang putih ketumbar, kencur, gula jawa, garam dan udang
b. Campurkan bumbu , kelapa parut, petai cina & teri medan, masukkan kocokan telur
Tambahkan irisan cabe merah dan cabe hijau.

3. Tumpuk 4 lembaran daun talas, taruh diatasnya 1 sendok bahan isi; bungkus dengan melipat; sematkan lidi. Lakukan sampai semua bahan isi habis.
4. Kukus lebih kurang 1 jam; dan tetap panaskan dalam dandang selama sekitar 1 jam dengan api kecil untuk benar-benar menghilangkan gatal .

5. Masak Kuah Buntil :
a. Haluskan bawang merah, bawang putih dan cabe merah besar
b. Tumis bumbu sampai berbau harum, tambahkan santan kental, daun salam, lengkuas yang telah digeprak, garam dan gula jawa.
c. Masak dan aduk terus sampai santan benar2 mendidih dan mengental namun jangan sampai pecah. Tambahkan cabe rawit merah dalam kuah. Matikan api.

6. Hidangkan bungkusan isi buntil (buang sematan lidinya dahulu) dan siram diatasnya dengan kuah Buntil.
(* untuk 15 bungkus)

Sabtu, 16 Oktober 2010

Serabi Semarang





Seperti biasa kalau ada di rumah, aku mencari-cari bahan apa yg ada di kulkas untuk dijadikan kudapan. Woo..aku menemukan, kinco ½ botol aqua, saus dari gula merah ini sisa waktu aku menyiapkan ketan kinco untuk saudara2 di arisan minggu lalu. Wah buat makanan apa nih yang salah satu bahannya kinco. Terkelebat di pikiran beberapa kudapan dari es dawet sampe bubur sumsum. Ingat ketan kinco kemarin..ingat salah satu jajanan di Semarang, yang biasa dijajakan berkeliling di sore hari oleh mbok2 yang biasanya dari daerah Sendang Guwo Semarang. Ah apa lagi kalau bukan serabi dengan ukuran kecil2 yang diguyur santan dan kinco..ehmm, gurihnya. Di Semarang rasanya juga sudah jarang penjual makanan ini.

Agak beda dengan serabi Bandung, yang ukurannya besar2 , biasanya terbuat dari terigu & diwarnai hijau, serabi Semarang ukurannya lebih kecil, tanpa diwarnai terbuat dari tepung beras . Kalau biasanya kuah serabi Bandung dari santan dimasak bersama dengan gula merah; serabi Semarang santan dan gulanya (kinco) dipisah . Sehingga kadar kemanisan bisa disesuaikan dengan selera; terutama untuk penderita diabetes; kalau mau pakai kinconya sedikit juga bisa. Oleh sebab itu di resep ini sengaja aku buat adonan serabinya diberi gula sedikit untuk memberi rasa manis; yg dapat dimakan hanya dengan santan tanpa kinco (saus gula merah).

Nah iseng aku buat untuk kudapan sebagai teman 'ngeteh'; dan ini resepnya ala Kembang mangkok :


Bahan : Serabi

Tepung beras 175 gr
Tepung terigu 150 gr
Gula pasir 50 gr
Garam 1 sd teh
Santan 500 ml
Baking powder 2 sd teh
Fermipan, 1/2 sd teh
Telur 2 butir

Cara membuat :
1. Campur semua bahan, encerkan dengan santan perlahan-lahan aduk dengan mixer supaya rata. Diamkan 20 menit, supaya adonan mengembang
2. Panaskan cetakan serabi; oleskan sedikit minyak dengan kuas; tuang adonan, tutup dgn tutup cetakan/tutup panci.
3. Ketika adonan sudah berpori, buka tutup cetakan dan angkat serabi nyg telah matang.
4. Ulangi sampai adonan habis

Kuah Santan:
Santan kental
Garam
Daun pandan

Masak santan , tambahkan garam dan daun pandan ,aduk sampai mendidih (diaduk terus supaya tidak pecah)

Kinco (saus gula merah) :
Gula jawa 250 gr
Air 250 ml
Sedikit jahe di memarkan
Pandan

Masak gula merah, air , sedikit jahe dan pandan sampai mendidih. Angkat dan dinginkan.

Sajikan serabi, guyur dengan santan dan tambahkan kinco (saus gula merah).

Jumat, 08 Oktober 2010

Nyapu Latar (Menyapu Halaman Rumah)




Berkesempatan ditugaskan beberapa hari balik ke ‘kampung halaman’ dalam arti sebenarnya tidak hanya ke Semarang, tapi ke Tegalsari….kampung dimana aku dibesarkan ..woi betapa kesempatan ini tidak aku sia-siakan. Terbayang pagi-pagi bisa jalan-jalan menyusuri jalanan kampung untuk menuju ke rumah. Biasanya kalau ke rumah Tegalsari aku & kel karena dari Pedurungan (tempat dimana aku menginap kalau di Semarang) jauh,maka harus pakai mobil dan hanya lewat satu jalan saja masuk dari Sriwijaya lewat gang Tegalwareng Sendang. Tapi sekarang karena disediakan penginapan yang kebetulan berlokasi di Tegalsari Barat , aku bisa menggilir jalan-jalan menyusuri gang demi gang :Tegalsari 1, Taman Tegalsari dan Tegalsari Barat. Adalah Learning Center tempat tujuan dinasku kali ini. Baru sekali ini aku berkesempatan ke LC Semarang . Walaupun hanya 3 hari, segera kususun jadwal untuk mengitari kampung misal: hari pertama jalan pagi menyusuri kali (sungai) di Taman Tegalsari atau lebih tepat kusebut kanal. Kanal ? karena saluran irigasi peninggalan Belanda ini dibangun dengan kokoh, lebar 5 meteran dan dalam sekitar 25 m; sehingga bisa menampung debit air banyak untuk menghindari banjir.Mana ada jaman kemerdekaan sekarang pemerintah membangun saluran irigasi demikian dalam dan berpondasi batu yg kokoh di lereng-lerengnya. Konon dimasa kecilnya kakakku tertua mas Pras sering bermain memasuki kanal ini, tembus sampai di THR Tegalwareng.

Tidak hanya itu terbayang sambil jalan pagi aku bisa beli bubur, ketan kinco (ketan panas2 yang ditaburi kelapa parut dan diguyur saus gula jawa kental), ketan bubuk (ketan panas2 yang ditaburi bubuk dari kedele..hemm gurihnya) atau ketan kering (ketan yang ditaburi kering tempe) semuanya khas Semarang. Makanan ini dahulu dijajakan oleh beberapa tetangga di depan rumah mereka. Tapi sekarang siapa yang jual makanan itu?

Sederetan rencana lain telah tersusun untuk disempatkan di sela waktu kosong kegiatan belajar, seolah-olah ada cukup banyak waktu untuk melakukan rencana itu. Ya hanya pagi-pagi hari dan malam hari tentunya…bisa dilakukan.

Ternyata di luar dugaan aku hanya bisa merealisasikan niatku untuk jalan jalan senja , dan nggak sempat untuk jalan-jalan pagi; karena ada beberapa tugas susulan yang harus kuselesaikan dan harus segera dikirim lewat email. Lucunya aku justru mendapat banyak cerita dari teman-teman se pelatihan yang menyempatkan diri jalan pagi dari Tegalsari sampai ke RS Elizabeth. Satu kesan yang sempat tersampaikan adalah keheranan akan kampung yang berkontur; “ kampungnya bertingkat-tingkat, kata mereka”. Memang Semarang adalah kota bertingkat lima (bener nggak ya?); kalau coba kita tarik garis dari Simpang lima sebagai tingkat pertama naik sampai dengan ke perbatasan Ungaran. Dari Simpang Lima di tingkat 1 merayap sedikit ke Siranda sampai dengan RS Elizabeth adalah tingkat ke 2; dari Elizabeth menuju ke Jatingaleh lewat Kaliwiru adalah tingkat ketiga. Tingkat ke empat Jatingaleh sampai ke Banyumanik. Dan tingkat lima Banyumanik sampai Watugong. Kebetulan kampungku Tegalsari bisa dikategorikan tingkat 2. Kembali ke kesan teman2ku , selain berkontur perkampungannya hampir di setiap gang bersih, jalan kampung yang beraspal, atau dibeton rapi dengan selokan dipinggirnya yang biasa kami sebut “kalen” hampir tidak ada sampah. Hem…agak bangga juga aku mendengarnya. Mungkin karena mereka biasa tinggal di Jakarta dimana sering melihat bahwa perkampungan identik kotor & kumuh. Bagaimana nggak kotor banyak pendatang yang tinggal di perkampungan Jakarta hanya sebagai ‘kontraktor’. Sebagai pendatang dan kontrak rumah dengan orang Betawi, mereka biasanya tidak peduli dengan lingkungan. Lain dengan kehidupan perkampungan di Semarang khususnya Tegalsari; kebiasan yang ditanamkan di setiap rumah dan hampir menjadi tradisi adalah ‘nyapu latar’ atau menyapu halaman. Temanku sempat berseloroh ‘nyapu latar’ atau ‘nyapu ratan’ bu? Ha..iya betul bagi rumah yang tidak punya halaman ‘nyapu latar ‘ menjadi ‘nyapu ratan’ artinya menyapu jalan.Tadi memang sempat melihat ibu-ibu pada nyapu di jalan depan rumah mereka,”kata temanku.

Teringat dulu; pekerjaan nyapu latar adalah pekerjaan warisan , mulai dari kakak2ku sampai akhirnya jatuh ke tanganku karena aku anak bungsu. Setiap hari..kami harus melakukan itu, kegiatan mandatory selain ‘nyapu rumah’. Biasanya kami mengerjakan kalau nggak pagi hari ya sore hari, selain untuk membersihkan halaman atau jalan, kegiatan ini menjadi media untuk silaturahmi , saling menyapa antar tetangga. Aku biasa mengerjakan sore hari; jika cuaca mendung, ibu (alm) akan cepat-cepat meminta untuk ambil sapu sebelum hujan datang. Alhasil tidak akan ada sampah yang masuk ke selokan ketika hujan; karena halaman dan jalan sudah bersih sebelum terguyur air hujan.

Mungkin kami waktu itu tidak pernah menyadari, tugas yang dibebankan kami itu secara langsung berdampak sangat besar selain sangat berpengaruh untuk menjaga kebersihan lingkungan; mencegah genangan air/banjir dan jalan juga tidak cepat rusak. Kebetulan karena Tegalsari ada di kota tingkat 2; jadi bebas banjir; tapi tetap saja kalau kotoran menumpuk di got2 pastilah airnya tumpah ruah menggenangi jalan. Sekarang banjir di Semarang banyak disebabkan karena rob (naiknya air laut); aku juga heran rasanya jaman aku kecil dulu tidak ada istilah banjir ‘rob’; atau karena dampak banyaknya pembangunan perumahan di kota bawah.

Baru terpikir sekarang, setelah keluar dari kota Semarang belasan tahun lalu; nyapu latar mungkin sudah tidak lagi atau bahkan tidak menjadi bagian aktifitas yang harus dikerjakan oleh warga Jakarta dan kota satelit disekitarnya. Pantas di lingkungan rumah kami di Depok (kebetulan aku sekarang tinggal di perkampungan juga) kalau hujan sampah-sampah begitu berserakan di jalanan; ooh apa ini karena tidak ada budaya ‘nyapu latar’ dan nyapu ratan?

Terpikir untuk membudayakan kebiasaan itu di lingkungan sekitar sekarang; toh di perkampungan banyak ibu-ibu yang tidak bekerja, artinya peran untuk menjaga kebersihan rumah & sekitar bisa setiap hari dilakukan, tinggal kepedulian mereka terhadap kebersihan lingkunganlah yang harus ditingkatkan. Bagaimana caranya? Itu yg harus dicari cara dan medianya …mengingat aku sendiri jarang di rumah , mungkin harus dicari lebih banyak waktu untuk ‘engage’ dengan lingkungan sekitar, lewat arisan, lewat pengajian…….woi..ternyata masih ada yang harus dikerjakan …selain responsibility as housewife and working woman…also as a citizens society ….

Semoga…

Senin, 16 Agustus 2010

Kue Kering ala Kembangmangkok


Raibow lidah kucing
Semprit coklat
Sagu keju
Nastar keju
Lidah Kucing(katetong)
Kastengles

Lebaran tanpa kue kering untuk menjamu tamu kurang afdol rasanya. Seperti tahun -tahun lalu kami selalu menyajikn kue kering hasil olahan langsung dari dapur Kembangmangkok; resep sederhana namun terbuat dari bahan-bahan pilihan, tanpa pengawet dan InsyaAllah halal.
Lidah Kucing (katetong) dan rainbow : 1 toples : Rp. 40.000
Semprit coklat : 1 toples : Rp. 40.000
Nastar Keju : 1 tolpes : Rp. 60.000
Kastengels : 1 toples : Rp. 55.000
Sagu Keju : 1 toples : Rp. 50.000

Rabu, 31 Maret 2010

Batagor (Siomay Goreng)


Bahan :
Isi:
1/2 Kg ikan tengiri segar dihaluskan
1/4 kg tepung sagu
4 butir telur ayam
2 tangkai daun bawang diiris halus

20 lembar Kulit pangsit
minyak goreng

Bumbu :
3 siung bawang putih dihaluskan
garam secukupnya
gula secukupnya
merica bubuk 1 sdt / secukupnya


Saus sambel kacang :
1/4 kg kacang tanah digoreng
2 siung bawang putih
cabe merah (sesuai selera)
kecap manis
garam & gula secukupnya
santan kental ( 2 sendok makan)
air hangat (sesuai selera u/ mengencerkan)
jeruk sambal


Cara Membuat :
Siomay goreng :
Campurkan semua bahan dan bumbu, mixer supaya halus & tercampur semua
tambahkan daun bawang
isi kulit pangsit dengan isi adonan.
goreng dalam minyak panas sampai tenggelam & siram3 minyak; biarkan sampai kecoklatan
Angkat & hidangkan dengan saus sambel kacang & saus cabe botolan.

Saus Sambel Kacang :
1/4 kacang tanah digoreng
haluskan dengan 2 siung bawang putih & cabe merah
tambahkan garam, gula & kecap manis, santan
encerkan dengan air, dan rebus sebentar sampai mendidih
angkat & tambahkan perasan jeruk sambal.

Kamis, 28 Januari 2010

MACAU – Kota Casino yang Menawan



MACAU…mendengar namanya agak bergidik, ngeri membayangkan tempat casino terbesar di Asia selain Genting Highland ini pasti banyak penjudi yang gila duit, gangster, mafia dan segala keburukan dunia hitam yang selalu digambarkan di film.
Tetapi karena sudah sampai di Hongkong, tidak afdol kalau tidak mencoba menyeberang ke daratan China..dimana lagi kalau bukan ke Macau; yang relatif dekat dan tidak perlu Visa; hanya perlu kita siapkan paspor.
Untuk ke Macau , kami mengambil paket tour, one day tour to Macau; dengan biaya HK$ 68.
Dari Hongkong ke Macau bisa dijangkau dengan menggunakan ferry , 1 jam menyeberangi lautan yang cukup bergelombang tidak terasa lama, karena ferrynya besar, tempat duduknya eksklusif sehingga perjalananan nyaman.
Akhirnya kami tiba di pelabuhan Macau dan seperti biasa datang di negara asing, kita harus melewati imigrasi; dokumen administrasi dr Hongkong yg sudah kita isi di ferry jangan sampai hilang. Begitu keluar dari imigrasi kami disambut dengan tour guide lokal, seorang amoy cantik dengan bahasa Inggris yang enak di dengar khas Britain.


Dimulailah perjalanan menyusuri kota Macau. Sebagai wanita saja aku tak bosan-bosannya mendengar dan memandang wajah manis si Ain (apalagi laki-laki ya??), nama tour guide itu yang dengan lincah memandu kami memasuki museum Macau, Casino dan Menara Kota ,
Kota Macau cantik, dan cenderung lengang (entah kalau malam hari, karena kebetulan kami datang di siang hari); sejenak kami photo di depan simbol kota Macau, berupa Tugu bunga Lotus berwarna kuning keemasan. Banyak gedung2 menggunakan nama Portugis; karena memang Portugis mendarat di daratan China lewat Macau.



Tujuan pertama adalah Museum, gedung museum terletak diatas bukit. Di dalamnya banyak memajang diorama & sejarah portugis ketika mendarat di China, serta kehidupan tradisional masyarakat China. Sangat tidak istimewa bagi pelancong Indonesia yang mempunyai sejarah lebih menarik , kehidupan masyarakat dan budaya yang sangat beragam. Hanya satu jam kami berada di sini. Karena harus bergegas ke obyek lain, yakni Casino.



Bis bergerak memasuki kawasan casino..hiii..terbayang orang2 seram dengan pakaian hitam2 bak gangster. Ternyata casino memang dijadikan obyek wisata di Macau; kami dipersilahkan masuk di lantai dua semacam balkon yang bisa melihat orang2 yang main di arena judi. Jangan berharap bisa mengabadikan gambar di sini, memang tidak diperbolehkan & dimana-mana ada penjaga .Hanya sekilas melihat dari kejauhan, kami segera beranjak ke restoran kasino untuk makan siang . Agak memilih akhirnya aku hanya makan salad buah, karena ketika aku coba satu sendok nasi putih & tumis sayur; terasa ada yg aneh di lidahku; tidak mau berada dalam keraguan aku hentikan makan nasi dan memilih hanya makan salad sayur & buah.

Keluar dari casino; terbentang pertokoan di pinggir pantai. Susah mencari tempat untuk sholat dhuhur, akhirnya saya dan seorang teman bertayamum dan menggelar sajadah di pelataran sebuah toko kosong yang berada di pojok tapi terlihat bersih. Hemm.. tenang kewajiban sudah dilakukan .

Perjalanan di teruskan menuju ke Macau Tower; termasuk bangunan 10 tertinggi di dunia. Bagai naik ke Puncak Monas, akhirnya kami bisa melihat keindahan kota Macau dari Puncak Menara. Indah & mempesona; seperti halnya Hongkong; dari Puncak menara terlihat pantai dan liukan Tanjung yg menjorok ke pantai. Dan ada satu hal yg agak membuat miris, sebagian lantai yg kita injak adalah kaca; sehingga kita bisa melihat langsung ke bawah; seakan2 kita melayang, tidak ada pijakan....hihihi yang takut ketinggian jelas tidak disarankan menunduk ke bawah...
Teman2 asyik berfoto, diambil dari atas dengan pose seolah2 melayang diudara hanya bersandarkan kisi2 penopang lantai kaca. Dan bagi yang berkantong tebal dapat mencoba sensasi buggy jumping dengan harga $US 200,-.

Tempat terakhir kunjungan kami ke Macau adalah ke A-ma Temple. Perjalanan dari Macau Tower bis dilewatkan ke kompleks perumahan Pejabat Pemerintahan Macau. Simbol Pemerintahan adalah warna Pink. Semua yg terkait goverment bercat pink. Melewati komplek elitnya Macau, tidak ketinggalan guide menunjukkan rumah Stanley Ho orang terkaya di Macau, dialah yang membesarkan bisnis casino. Di depan rumahnya bertengger patung ayam jantan, lambang keberuntungan orang China. Dibuat patung agar ayam jantan tidak hilang dicuri jelas guide tour ...kalau dicuri musnahlah keberuntungan si Stanley Ho...
Macau jalanannya naik turun; sempit dan berkelok-kelok, itulah kenapa tempat yang cocok untuk menyelenggarakan Grand Prix.
Kami sampai di Ama Temple; yang terletak di pinggir pantai , gak ada yang istimewa; menurut saya lebih bagus Klenteng gedung Batu Semarang. Hanya sejenak singgah di sini dan membeli kue khas Macau; hemmm enak, hanya dibuat dari kuning telur dan terigu. Bawalah oleh-oleh kue ini karena hanya ada di Macau, dan dikemas dengan eksklusif cocok untuk dijadikan buah tangan bagi sodara/teman di tanah air.



Hari sudah semakin sore, matahari sudah mulai bergeser ke Barat; satu hari bercengkerama dgn keindahan Macau akhirnya kami harus mengucapkan selamat tinggal. Di bis menuju pelabuhan si Amoy menawarkan souvenir cantik hiasan dari kayu; dan menyelipkan pesan sebagai kenang2an tourist bisa memberikan sedikit uang, apapun mata uangnya dia akan terima;;;ha;;ha;;bahasa lain..minta bonus.... Namun sesuailah dengan kepuasan kami terhadap cara memandunya. Ain..kami akan selalu merindukan wajah dan suaramu.....