..Penuh keraguan, bimbang,
was-was itulah yang aku rasakan ketika
mendengar kalau ke pulau Saronde harus naik perahu ketinting selama 30-45
menit. Wooow seram bagi saya dan
keluarga yang telah mengalami dasyatnya
naik perahu kecil melawan
ganasnya ombak selat Lombok menyeb Gili Trawangan. Setelah kejadian itu setiap
kali wisata harus nyebrang naik perahu..ntar dulu; musti dilihat jenis
perahunya apa, ada baju pelampungnya nggak, mesin motornya ada backupnya nggak.
Pokoknya detil banget….karena trauma di Gili Trawangan itu.Seperti waktu ke
Bunaken, terlalu over protected kami hanya berempat tapi menyewa perahu besar
yang harusnya bisa diisi 20 orang….
Tapi rasa penasaran mendengar keindahan pulau Saronde, menjadikan aku dan keluarga berani mengiyakan ajakan teman2 POM ICG untuk menghabiskan sisa kunjungan kami dalam rangka menjemput anak di Gorontalo. Kapan lagi? Sudah sampai ke Gorontalo tidak ke pulau Saronde…sayang untuk dilewatkan. Namun dalam hati masih berharap ada kemajuan seiring dengan makin banyaknya pengunjung ke sana, pihak Pemda setempat menyediakan kapal lebih besar dan modern untuk membawa kami menyeberang.
Pelabuhan Kwandang kami tempuh dari kota
Gorontalo dengan mobil selama 1,5 jam. Pukul
10.00 kami sampai untuk siap2 cari perahu . Mondar-mandir cari kapal yang lebih besar dan menurutku
lebih ‘safe’ , akhirnya terpaksa gigit
jari. Karena disana kapal yg lebih besar
hanya untuk cari ikan, kalau itu disewa tentu saja akan mendatangkan keriributan
dengan tukang perahu ketinting. Karena
tidak ada pilihan lain dan melihat perairannya tenang; Bismillahirohmannirohim;
akhirnya menyeberanglah kami ke pulau Saronde dengan perahu ketinting yang di
kanan kirinya ada penompang bambu untuk
kestabilan. Terbagi menjadi 2 perahu, setiap perahu berisi 10 orang.
45 menit berlalu , perjalanan
aman, sampailah kami di pulau Saronde. Begitu turun dan kami membalikkan badan
menatap pantai..SubhanaAllah begitu indahnya pemandangan, seolah hasil sapuan kanvas dalam lukisan. Pulau Saronde, pulau kecil, malah kami menduga
jangan-jangan yang memberi nama orang
Jawa ; ‘Sa yg artinya se’ dan ‘Ronde , bola2 ketan dalm wedan ronde. Ya pulau
kecil yang besarnya se bola Ronde…..
Pulau indah, dengan
garis pantai lebar, berpasir putih lembut, pantainya dangkal dan bening
sekali.
Pulau yang pernah diberitakan
sempat ditaksir pengusaha Singapura untuk dijadikan obyek wisata ini , memang
sepi, kondisinya masih terbilang perawan. Hanya ada 2 rumah panggung semacam
cottage; dan warung kecil tempat menjual makanan/minuman dan mie instan; serta
dilengkapi toilet dan kamar mandi .
Di bawah terik matahari yang menyengat,
anak2 turun berenang , sempat diperingatkan oleh seseorang (mungkin petugas);
hati-hati jangan terlalu ke tengah karena banyak bulu babi.
Saya dengan beberapa orang
memutuskan untuk jalan mengelilingi
pantai; sebelah timur, pinggir pantai dikelilingi bebatuan, sehingga kami harus
berjalan , ‘ngrubyuk’ air laut dangkal;
karena kalau lewat bebatuan licin.
Dengan mudahnya kami menemukan bintang2 laut beraneka ragam dan warna;
karena beningnya air yg kita pijak. Sesekali anak2 mengambil bintang2 laut itu,
gerombolan ikan2 kecil menerpa kaki2 kami, seolah2 terapi gigitan ikan…
Hanya butuh waktu 30 menit- 1 jam
untuk berkeliling seluruh pantai. Puas berkeliling, photo2, beli mi instan, dan
sholat Dzuhur.; kami siap2 untuk balik
ke Gorontalo. Karena nyebrang aman dibawa jam 1 siang. Diatas jam 1, biasanya cuaca bisa berubah ,
awan mulai gelap dan turun hujan.
Benar saja, awan hitam mulai menggantung, kami cepat naik ke perahu siap untuk balik. Di tengah jalan hujan mulai turun rintik2, dan riak gelombang kecil mulai muncul. Alhamdulilah setelah perjalanan 45 menit menyeberang kami sampai kembali ke pelabuhan. Kami menunggu tibanya perahu satu lagi yang membawa rombongan lain . Ternyata 1 perahu lagi ada kendala, sempat tersangkut karang, sehingga salah seorang teman katanya sempat nyemplung ke Laut untuk mendorong agar perahu Ketinting berjalan lagi
Alhamdulilah , 2 perahu merapat
ke pelabuhan, seiring dengan turunnya hujan deras . Perjalanan yang
menyenangkan, selamat tidak ada gangguan yang berarti dalam perjalanan
menyeberang dengan perahu ketinting. Saya hampir tidak percaya, trauma saya menyeberang
laut lepas dgn perahu kecil sama sekali
tidak berbekas, saya enjoy
menikmati alam dan lautan yang tenang, bersama keakraban teman-teman.