Setelah tahu kalau anaku nomor 2 yang sekolah di Insan Cendekia Gorontalo tidak akan pulang ke Jakarta di liburan semester ganjil bulan Januari 2012; maka segera aku sampaikan usulan ke suami , bagaimana kalau kami yang akan menengok ke Gorontalo. Apalagi setelah tahu bahwa aku mendapat jatah cuti besar. Mengapa tidak sekalian saja kita manfaatkan dengan jalan-jalan ke Manado. Kapan lagi? Mumpung anak sekolah di Sulawesi; kalau tidak rasanya tidak kebayang merencanakan liburan ke Sulawesi.
Kupesan tiket pesawat jauh-jauh hari sebelumnya untuk mendapatkan tiket promo. Jkt-Gorontalo dan GTO-Jkt untuk 4 orang. Rencana dari Gorontalo ke Manado kami akan lewat jalan darat. Sudah terbayang asyiknya ‘keluyuran’ di trans Sulawesi Utara….
Sabtu tanggal 7 Januari 2012 hari yang dinanti tiba, karena si sulung tidak bisa dikompromi jadwalnya akhirnya kami hanya bertiga berangkat ke Gorontalo. Begitu sampai di Bandara Jalaludin Gorontalo, dengan mobil yang memang sudah kami sewa meluncur menuju Insan Cendekia untuk menjemput anak dan menyampaikan titipan teman2 untuk putra/putri mereka. Sudah banyak berubah Gorontalo dibanding 2 tahun lalu ketika kami berkunjung pertama kali mengantarkan anak ke Incen. Kami lihat sudah ada Hypermart; ada resto Bumbu Desa, ada promosi oleh2 khas Gorontalo , Pia Saronde dan kain Kerawang, disana-sini sudah tampak sentuhan untuk menyambut pelancong. sempat nyeletuk becanda..apa ini karena Briptu Norman? Ha..ha..
Niat untuk mengajak beberapa teman anakku berlibur ternyata tidak kesampaian; karena teman2nya mempunyai jadwal sendiri2 atau entah karena sungkan. Akhirnya Minggu kami berempat berangkat menuju ke Manado lewat trans Sulawesi utara, kami sengaja tidak menggunakan driver lokal supaya touring kami bisa lebih santai dan bisa dinikmati; suami sendiri yang menyetir. Dua jam perjalanan; mulai terasa lika likunya trans Sulawesi; badan jalan tidak terlalu lebar hanya 6 m untuk 2 arah. Namun karena tidak ramai, relatif sepi malah; kami merasakan nyaman. Tiba di Gorontalo Utara , dari puncak Kwandang mulai terhampar pemandangan yang menakjubkan, SubhanaAllah..beberapa gugusan pulau di laut Sulawesi terlihat indah dengan laut biru tenang, dan hamparan nyiur melambai. Kami berhenti di satu kios kecil yang terletak di puncak yang menyediakan gorengan tahu, bakwan dan pisang goreng untuk mengabadikan pemandangan ini sekaligus memberi kesempatan sopirnya ngopi…
Melaju menuju perbatasan provinsi Gorontalo – Sulut Jalanan berkelak kelok naik turun bukit dan disisi kiri hamparan pantai, teluk dan tanjung beserta pulau2 kecil yang bisa kita lihat keindahannya dari atas bukit..sepi, sunyi, bisu bagai menyimpan misteri. Alhamdulilah karena biasa keluyuran ,medan yang lumayan bikin pusing tidak menyebabkan kami mabok, anak-anak enjoy.
Sampai di Boroko, kota Mania, ini sudah masuk ke wilayah provinsi Sulawesi Utara kami berhenti untuk makan siang di pinggir pantai; sajian standartnya ikan bakar, ikan kuah asam , yg ikannya kita pilih sendiri dan sambal dabu2. Nikmat benar makan ikan bakar sambil mendengarkan deburan ombak pantai Boroko yg juga sunyi…..seolah2 pantai milik kita sendiri..
Masuk di Kabupaten Bolaang Mongondow ; ada pemandangan menarik di sepanjang perjalanan, turus jalan kota kecil ini di hiasi tanaman perdu berbunga putih2 dan ungu mirip melati .. cantik; sudah timbul niat nanti kalau pulang akan mengambil bibit untuk kubawa ke Jakarta. Melewati Bolaang Mongodow, bunga putih dan rumah-rumah yang didepannya selalu ada bangunan kecil dari kayu miirp kios yang beremper untuk menaruh pot-pot tanaman, rupanya emperan itu untuk melindungi tanaman dari panas matahari yang menyengat. Kebiasan peninggalan penjajahan Eropa yang senang dengan bunga diwarisi masyarakat disini. Sebagian berumah panggung dengan jendela besar dihiasi gordyn putih berumbai khas Portugis. Batang2 pohon tak berdaun mencuat rapi sengaja ditanam untuk dijadikan induk semang anggrek yang berbunga warna warni banyak ditemui di setiap rumah sepanjang Bolaang Mongondow. Walaupun panas karena memang daerah pinggir pantai tapi mata tidak bosan karena pemandangan yang indah ini.
Setelah melalui kota-kota kecil sepanjang pantai Utara Sulut, Inobonto,Bantik, Nunupan yang dihiasi perbukitan dengan sabana rumput tinggi hijau muda kekuningan bak permadani yg digoyang lembut semilirnya angin pantai , berselang seling dengan hamparan pantai Utara, masuklah kita ke Kabupaten Minahasa. Sekali lagi saya tertarik dengan tanaman, pohon2 rambutan disini berbatang kecil meninggi diketinggian batangnyalah, baru ada ranting dengan daun tumbuh lebat dihiasi dengan buah2 rambutan merah menyala yang memang di bulan Januari ini sedang musimnya. Kota2 disepanjang Sulut; seperti sengaja dikelompokan berdasar pemeluk agama. Kita akan melewati daerah Kristiani yg disepanjang jalan dihiasi dengan lampu hiasan bintang atau pohon Natal dan gereja; selang seling berganti ke pemukiman penduduk Islam ditandai dengan bangunan masjid di beberapa ruas jalan. Kami beberapa kali berhenti untuk sholat maupun sekedar cari toilet; yang mengherankan kami di setiap masjid ada tulisan “ Dilarang menyetel musik keras-keras” ada orang Sholat” Lho? Memang di masjid ada yang menyetel musik? Oo ternyata itu peringatan bagi kendaraan umum yang mempunyai kebiasan selalu menyetel musiknya full volume; sehingga jika lewat tentu saja akan menggangu masjid yang dilewatinya. Katanya kalau nggak menyetel musik keras-keras diprotes penumpangnya..ha..aneh2 saja..
Setelah melewati kota Amurang, Tumpaan dan beberapa kota kec kecil masuklah kami di Manado. Jam sudah menunjukkan pukul 22:00 WITA. Hampir 12 jam kami melewati perjalanan yg melelahkan tapi menggairahkan jiwa; menjadi pengalaman baru yang tak terlupakan melewati trans Sulawesi utara.