Kenyang makan dengan makanan ala
kadarnya, kami menuju ke hotel Selesa. Cukup bersih hotelnya; sekadar untuk
tidur sebelum besok kami bertolak ke Kuala Lumpur.
Tiba di Mandarin Pasicfic Hotel,
tempat kami menginap, kami dapat kamar di lantai 11, aduhh..agak mengecewakan,
karena kondisinya yang kurang bagus. Kami sempat protes ke tour, karena 3 hari
lagi ketika balik dari Thailand kami akan menginap lagi disini, supaya bisa
dilakukan perbaikan.
Sayang karena sudah larut dan
toko2 juga sudah mulai tutup; kami putuskan untuk balik ke hotel; dan berpisah
dengan keponakan, makasih mbak Chita dan mas Bona, nice hospitality walau hanya
3 jam…
Hari 3 (21 Agustus 2012)
Morning call berdering pukul 5 pagi , siap-siap jam 7 pagi sarapan, selesai
sarapan jam 8 waktu Malaysia kami siap berangkat ke Hatyai (Thailand ). Begitu masuk di bis, pesan dari tour guide;
silahkan dicek, paspor, dompet dan gigi palsu…ha..ha..berabe nanti kalau gigi
palsu ketinggalan nggak bisa senyum. Perjalanan
melalui higway South –North
Semenanjung Melayu, melewati
negeri bagian Selangor, Perak dan Kedah . Perjalanan dengan bus terasa menyenangkan, tour guide membawa CD
karaoke, walaupun tembang lawas cukuplah memeriahkan suasana dalam bus. Tak
pelak mic sampai ke saya , tidak
menyia-nyiakan waktu saya dendangkan lagu-lagu Meriam Belina dan Pance
Pondaag….wuih…tidak mengecewakan kata tour guide (he..he..he..) cukup
menyegarkan dan menghibur peserta yg sedang tidur2 ayam. Melewati
Ipoh , sepanjang perjalanan memandang bukit-bukit kapur yang menjulang
cantik dengan berbagai bentuk. Apakah karena alamnya orang-orang Ipoh terkenal
cantik , dan lelakinya tampan katanya. Sepanjang perjalanan setiap 2 -3 jam
sekali sopir memberi kesempatan kita untuk ke toilet (tandas)..Tandas—tandas ,
buur…semuanya pada turun dari bus ke tandas yang berada di rest area2. Kalau tidak
mau antri, kita harus lari duluan..Toilet2 di rest area Malaysia umumnya
terawat baik dan bersih. Selepas tandas,
biasanya membeli minuman dan camilan untuk di bis…wah habis dibuang , diisi
lagi…
Bus kembali melaju, tak berapa
lama sampailah kita masuk kawasan
Penang
untuk makan siang, Rumah makan yang kita singgahi exterior bernuansa
tradisional dan menyajikan masakan ala Thai, serba asam, manis , pedas
menggugah selera. RM Khuntai
terletak di
daerah Butterworth Penang. Sajian yang dihidangkan serba panas (hot plate)
dengan aroma segar; pas mengobati perut keroncongan di siang hari yang panas.
Tom Yum, steam fish, Kerabu khuntai (semacam acar) yang diberi taburan teri yg
rasanya manis renyah, nameless chicken (ayam goreng yg digoreng bersama bawang
goreng yg dipotong besar2), Steam clam (kerang rebus) dan
dadar telur; heemm..dalam sekejap bersih
makanan yang dihidangkan secara
round
table yg masing-masing terisi 10 orang. Puas menikmati makan di Khuntai
Restaurant ini. Saya sempat menanyakan mushola ternyata tidak ada..ok baiklah,
nanti di perbatasan Challun saja ada surau (musholla).
Dengan perut
kenyang kami kembali masuk bis yang
dingin karena AC disetel full, semua
penumpang digiring ke alam mimpi, tidur…. Kami terbangun oleh suara tour guide,
‘siap-siap ya, sudah mau masuk ke perbatasan Challun,,siapa mau ke tandas dulu’
. Alhamdulilah disini ada Surau jadi kami bisa menjama’ sholat Dhuhur dan
Ashar. Walaupun kondisi rest area di Challun tidak terlalu bersih dibanding
yang lain; kita harus memanfaatkan sebaik mungkin karena akan antri nanti di
perbatasan untuk aktifitas keimigrasian.
|
Border Post Bukit Kayu Hitam Malay |
|
antrian imigrasi di border post |
Di Bis sudah mulai dibagi form isian masuk Thailand untuk
ditandatangani, dan tidak boleh hilang. Sampailah kami check point perbatasan
di Bukit Kayu Hitam daerah bagian Kedah .
Perbatasan Malaysia
dikelola dengan baik, gerbangnya
luas, bersih, benar-benar mengesankan negara dengan kesiapan menyambut tamu
wisatawan asing, tidak nampak ketegangan seperti yg biasa dipertontonkan petugas
diperbatasan dan imigrasi; padahal perbatasan dengan Thailand selatan termasuk
daerah yang rawan. Dimana-mana terpampang peringatan untuk tidak membawa mangga
segar ke Thailand.
|
Border Post Thailand Selatan |
Antrian untuk cap paspor yang mengular sebentar juga
selesai; kami
kembali masuk ke bus yang
sama; karena bus Malaysia bisa masuk ke Thailand. Dan tak berapa lama kami
sampai ke pintu gerbang masuk Thailand. Wooo….berbeda jauh dengan Malaysia,
gerbang perbatasan Thailand terkesan kumuh, crowded, dan tidak dikelola dengan
baik, bak kita masuk ke terminal bus Kampung Melayu di Jakarta. Berbeda
dengan
gerbang Malaysia
yang memang bebas dari penduduk. Perbatasan
Thailand langsung dihadapkan dengan perumahan penduduk dan semacam pasar yang
ramai orang berlalu lalang.
Mulai terlihat
foto-foto Ratu Sirikit dan Raja Bhumibol disepanjang jalan, disini kita diberi
tour guide baru orang Thailand, Ana
namanya namun bisa cakap Melayu, orangnya humoris. Kalau di Malaysian kelapa
sawit mendominasi pemandangan, masuk Thailand, di daerah Sangkhla pohon karet
di sepanjang jalan, tak heran banyak
pabrik sarung tangan yang menjadi andalan eksport Thailand selain buah-buahan.
Masuk ke kota Hatyai, terlihat pemandangan khas Negara
berkembang, angkot berkeliaran dengan penumpang bergelantungan di belakang ,
komentar guide semua bebas di Thai, termasuk penumpang angkot yg bebas
bergelantungan di jalan raya tidak diatur.
Selain itu masuk ke Hatyai kita menjadi
buta huruf; semua tulisan menggunakan semacam
huruf Palawa ; jarang yang menggunakan huruf latin. Nggak tahu kenapa tidak
terpikir bahwa
melengkapi
dengan huruf latin akan memberikan
service
lebih baik ke pelancong, mengingat
Hatyai adalah pintu gerbang Thailand lewat Malaysia.
Kunjungan pertama adalah ke pagoda Budha, biasa-biasa saja
disitu, ada beberapa biksu sedang membersihkan halaman. Foto-foto sejenak ; cuma
30 menit ; kami sudah ditiupin peluit
untuk masuk ke
bus.
Kunjungan
selanjutnya adalah ke restoran untuk makan sore menjelang malam…yak karena
malam kami akan diajak nonton cabaret khas
Thai. Berhenti
di Pusat kota,
peserta
dipersilahkan mencari makan
sendiri-sendiri. Kami dan beberapa peserta yang Muslim memilih resto yang
memampangkan label halal. Apalagi makanan yang dipesan kalau tidak Tom Yum ,
ikan dan kangkung. Yang melayani adalah anak
yang punya resto, cantik-cantik dan semuanya berjilbab, tidak bosan
memandangnya. Cukup lama juga menunggu ,sambil
menunggu makanan dihidangkan ada yang menarik saya , di atas meja ada
semacam lumpang kayu yang biasanya dibuat untuk
menumbuk, disebelahnya terdapat kacang tanah, kecap ikan asin , gula
merah yang sudah lembek.oh ini untuk buat rujak kali... Gak berapa lama ada
pembeli yang memesan sesuatu makanan; si ibu yang punya resto langsung ambil
buah papaya hijau dikupas, dicuci dan diserut.
|
Lumpang u bikin Som tam papaya |
Dia ambil beberapa cabe rawit yang
runcing2, dihaluskan di lumpang besar tadi bersama kacang dan gula merah
seperti buat rujak; yang agak berbeda ditambahkan kecap asin ikan ..dan
dimasukkanlah serutan buah papaya muda tadi. Setelah di tempatkan dalam piring,
diatasnya ditaburi teri goreng yg rasanya manis… Hemmm segar kelihatnnya.
Kunjungan hari pertama di Hatyai ditutup dengan mengunjungi
cabaret show (pemainnya waria cantik2). Cukup lama menunggu bus yang akan
membawa kami ke show cabaret. Untuk menonton cabaret kita harus merogoh kocek
700 Bath, ya sekitar Rp.210.000. Saya pernah nonton cabaret di Bangkok; karena
lucu2an dan tidak ada penampilan yang terlalu seronok.,sehingga kami ajak juga
anak2 Nah di Hatyai ini penampilannya lebih terbuka dan ada beberapa waria yang
aksi panggungnya ‘lebih gila’ . Anakku 3 laki2;
sisulung berusia 18 th, yang tengah usia 17 th dan si bungsu 9 tahun.Nggak
berapa lama pertunjukan berlangsung, anakku nomor 2 meminta ijin untuk
keluar
gedung kembali ke bus. Tak lama
setelah ada aksi yang kelewat seronok
giliran si sulung pamit menyusul adikknya keluar. Si bungsu memang sejak
awal pertunjukan
asyik main game di
handpohone.
Alhamdulilah mereka berusaha
membentengi diri , maafin kami orang tua yang tidak menyangka para pemain berpenampilan
seperti itu.
Pulang larut segera kami ke hotel, tempat menginap nantinya selama 2 malam di hotel Indra. Aduh
agak mengecewakan hotelnya.sempat lift yang kami tumpangi tidak mau
membuka di lantai 5 tempat kamar kami.
Akhirnya kami pencet lagi dan turun ke lantai 4; bergegas kami keluar dan naik
tangga ke lantai 5. Astaga ternyata ditangga penuh dengan perabotan bekas atau
tidak terpakai, ada rak, lemari, tempat tidur. Terpaksa kami susah payah menerobos
perabotan tersebut. Komplain tentu saja
akan segera kami sampaikan ke tour. Kamar kusam, dan terkesan kotor.
Tapi apa boleh buat; karena capek kami tertidur pulas juga.
Hari 4 (22 Agustus 2012)
Setelah sarapan jam 8 kami berangkat
untuk shopping di Nora Plaza. Sebuah Toko
besar yang menjual oleh-oleh khas Thailand.
Di pintu masuk pelayan toko
sibuk
menawarkan es sarang burung, petugas yang lain membagikan kartu diskon
20%.
Jangan lupa kalau disini beli
barang2 dari kulit; kulitnya asli. Cukup murah; harga tas kulit sekitar 350 –
1500 bath; kalau dikurs sekitar Rp.120 an ribu sudah mendapatkan tas kulit (kambing)
asli. Sepatu kulit halus 400 bath. Pernik-pernik souvenir lucu
dan kaos segala macam gambar khas Thai
tersedia disini. Puas di Nora Plaza, kami dibawa ke toko
produsen madu dari bunga opium.hemmm apa nggak
mengantukan itu madu. Pelancong dibawa masuk ke ruangan untuk mendengarkan
presentasi dan mencoba satu sloki madu yang dibagikan pihak toko. Tidak ada
yang istimewa rasanya
dari yang biasa
aku minum setiap hari madu APIARI Pramuka dari Cibubur. Ada beberapa teman
yang
beli kelihatannya, aku dan suami
langsung bergegas naik ke bus untuk menuju ke destinasi selanjutnya.
Thailand terkenal dengan makanan camilan dari buah dan hasil laut. Kami mampir untuk
beli oleh2, beragam buah yang sudah dikeriingkan , dari mangga , nangka sampai lengkeng kering
ada di sini. Snack dari rumput laut murah sekali, kalau di supermarket di
Jakarta harganya Rp.17 ribu, disini hanya Rp.6000 kalau dikurs. Jangan lupa
membeli bumbu tom yam dan abon dari bawang, cabe dan udang kecil2 cocok
untuk makan mie instan. Sempat suami
membelikan satu gelas plastik es cream.
Es cream durian yang dibawahnya ada ketan dan potongan roti tawar, enak…bener,
kenapa ketannya bisa beda ya rasanya.Sempat nambah satu gelas lagi karena
rasanya memang gurih legit. Aku beli juga teri yang rasanya manis; pengin coba
membuat sendiri Som tam papaya yang ditaburi teri…hemmm pasti segar.
Tempat yang kita kunjungi selanjutnya adalah Patung Slepping
Budha atau dalam bahasa Thailand Wat Hat Yai nai, tempatnya
agak dipinggir kota Hatyai, menyeberang
danau
lewat jembatan terpanjang di hatyai. Tour Guide bermaksud melucu
bilang, sebentara lagi kita akan melihat orang
termalas di Thailand. Di depan patung tersebut beberapa buah bangunan
untuk pemujaan agama Budha. Puas foto2 disini
bus harus segera berangkat ke Pantai
Samila di daerah
Songkhla.
Karena perut sudah keroncongan rombongan mampir ke sebuah
rumah makan Muslim , seperti biasa kami duduk round table dengan 10 orang table
mate. Menu khas Thailand pun kembali kami nikmati dengan puas. Tak lupa sebelum masuk bus kami tunaikan sholat
jama dhuhur dan ashar; kebetulan di RM
tersebut terdapat mushola.
Pantai Samila merupakan pantai yang berhadapan dengan laut China Selatan,
kalau ke Songkhla pantai ini wajib dikunjungi. Disni terdapat patung ikan
duyung, yang menurut legenda , jika jomblowan/wati ingin mendapatkan jodoh, bisa mencoba mengusap
patung ikan duyung tersebut. Kalau mengeluarkan air mata , segera akan
mendapatkan jodoh. Ada—ada saja…
Selain legenda ikan duyung , ada lagi legendan Tom dan
jerry, Tikus dan kucing. Seolah merepresentasikan 2 pulau yang terlihat dari
pantai; disebut mempunyai kemiripan dengan bentuk seekor tikus yang kelihatan
lebih besar karena dekat pantai; dan bentuk pulau mirip kucing yg terihat lebih
kecil. Pasirnya putih namun airnya tidak jernih; apalagi kami sampai di pantai
saat matahari diatas ubun2, panas menyengat; tidak
banyak kita bisa bermain di pinggir pantai.
Hanya orang2 India yang nekat bermain
air di pantai. Kami memilih berpose
sekeluarga di bibir pantai sebelah kanan yang retaif sepi pengunjung,
Tidak ada debur ombak di pantai Samila, hanya ada pasir putih dan air laut
berwarna putih kecoklatan. Dan teriakan 2 penjual makanan
menawarkan makanan.
Menutup tour hari ke empat; kami menuju kompleks Hat Yai
Municipal Park yang letaknya di Puncak Bukit sekitar 2 km dari Pusat Hatyai.
Disini terdapat patung2 dan di bangunan puncak patung Dewi Kwan Im. Di seputar
bangunan terdapat tempat duduk 2 dari batu yang disandarannya terdapat nama2
sepertinya donator yang ikut membangun tempat ini; beberapa nama konglomerat
Indonesia terpampang disitu. Naik ke Puncak mendekati
patung Dewi Kwan Im, kita bisa melihat
pemandangan kota Hatyai..sementara
beberapa pengunjung terlihat sembahyang dengan dupa ditangan, kami hanya
foto2
dengan backround hamparan kota
Hatyai . Ketika akan meninggalkan lokasi Patung Dewi Kwan Im, tiba2 dikejutkan
dengan
suara petasan berentetan,
rupanya
ada tradisi bakar petasan
yang digantung tinggi dalam kerangkeng
besi
disini.
Hari sudah menjelang sore; kami turun
dan kembali ke kota Hatyai. Satu hal yang
masih aku cari-cari , Warnet..; karena
anakku harus posting tugas; mana
dari hp aksesnya gagal-gagal terus. Akhirnya meletakkan sebentar barang
di kamar; kami keluar lagi cari warnet sekaligus cari makan.
Agak sulit mencari warnet di Hatyai; kami beberapa kali
tanya tidak ada yang tahu, tulisan disini huruf Thailand semua. Tak putus asa kami kitari 1 blok dari
hotel menuju tempat makan di pinggir jalan yang penjualnya berkerudung.
Alhamdulilah , sekelebat aku baca tulisan cyber café didepan sebuah hotel.
Langsung kami masuk , 1 jam seharga 50 Bath atau Rp. 15 ribu; lumayan mahal
juga, tapi gak apa-apalah, yang penting tugas anaku selesai dikirim.
|
ketemu warnet |
|
cyber cafe |
Tenang sudah mengirim tugas, kami bergantian untuk
menghabiskan jatah 1 jam
memakai akses
internet. Keluar dairi cyber
café, kami
menyusuri jalan untuk mencari makan malam. Disepanjang jalan ada tempat makan
kali lima dengan penjual berjilbab; yang dijual ayam besar2, udang/lobster,
udang kecil2 (rempeyek udang) dan nasi briyani.
Uang bath sudah mulai menipis; sengaja sejak dari tanah air aku hanya
bawa US dolar, yang mudah ditukar dimana-mana; dan aku tukar di setiap Negara
sejumlah kebutuhan kami saja. Di tempat makan ini , setelah aku tanya-tanya
harganya, Lobster 90 bath, ayam , rempeyek udang :60 bath; nasi 20 bath,. Kira-kira
cukuplah yang ada di dompet mengenyangkan kami.
Aku pesan 6 nasi, 4 ayam, 2 rempeyek udang; semuanya ukuran
besar2..pantas semua
yang besar
di Ind onesia disebut dengan ‘bangkok’, ayam
Bangkok, papaya Bangkok dll. Kami pesan take away, ketika kutanya berapa total
semuanya, dengan enteng penjualnya menjawab 800 bath…what? Aduh ..isi dompetku
gak ada segitu…aku minta untuk dihitung ulang, ayolah aku yang
hitung dan penjualnya mendengarkan; hanya 480
bath khan…wah terlampau banyak kelebihannya mbak kalau 800 bath.
Akhirnya uang di dompet tinggal
50 bath; yang kubelikan ketan durian, 1 paket
isinya
ketan, 3 biji durian dan kuah
santan di bungkus plastik.
Oh ya sebenarnya ada optional tour, yakni menyaksikan
pertunjukan Thai girls show….wow baca judulnya saja sudah bergidik..penonton
harus kembali merogoh kocek 700 bath untuk melihatnya. Kami , saya dan
suami sengaja tidak ikut. Dan pilih kemas-kemas barang di hotel
untuk besok kembali ke Malay.
Hari 5 (23 Agustus 2012)
Morning Call berbunyi jam 4 ; waktu Thailand sama dengan
waktu Indonesia bagian barat. Kami
siap-siap untuk berangkat kembali ke Malay; perjalanan balik kembali menyusuri semenanjung Melayu.
Sehabis sholat subuh, kita siap2 berangkat menuju perbatasan
. Bus menyusuri jalan yang lengang di
subuh Hatyai yang sepi, saya jadi
teringat jalan Peterongan Semarang di
waktu subuh setiap kali naik bus pulang dari Bandung puluhan tahun silam. Suasananya persis. Sebagian peserta
melanjutkan tidurnya . Dan sampailah kita di perbatasan, terdengar pengumuman
untuk membuang semua buah-buahan segar , karena memang tidak boleh membawa masuk buah2an ke
dalam dan keluar Thailand. Seorang penumpang masih mempunyai lengkeng Bangkok 1
tas kresek; kami sendiri membawa 1 biji mangga, dan 1 paket ketan durian yang
belum sempat kami makan tadi malam. Waduh gimana nih..padahal pengin banget
ngrasain ketan durian, kalau mau dimakan belum sarapan takut mules…wah mules2
deh .akhirnya kami turun dari bus,
bergegas satu bungkus ketan durian kami
makan rame2 , saya suami dan anak2…
Hem memang beda rasa gurih ketan beradu dengan legitnya
durian kuning kecoklatan itu, rasanya
benar2 yummy. Alhamdulilah perut juga tidak mules.Upaya menghabiskan ketan
durian sudah selesai segera kita antri di imigrasi perbatasan untuk check
paspor. Lengkeng teman dan 1 biji mangga thailad dimasukkan dalam tong sampah
bis. Karena memang semua barang dalam
bus akan diperiksa sampel oleh petugas.
|
Keluar perbatasan Thailand |
Lepas dari perbatasan , kita siap2 sarapan pagi di rest area
Challun. Secara prasmanan kita antri
untuk mengambil makan, menu standarat sarapan seperti di Ind, nasi
goreng, mie goreng, ayam goreng, telur dadar dan cap cai.
Bus melaju di highway kearah selatan menuju KL,
sempat berhenti makan siang di Perak. Memasuki
ke Petronas City, bus mengambil jalur kea rah Genting Highland. Di Genting
apalagi yang akan kita lihat & nikmati selain cable car ,arena permainan anak ,casino dan
sederetan toko yang menawarkan discount besar2an.
Genting Highland dibangun GohTong seorang Cina yang konon diramalkan bahwa nasibnya akan berubah sukses kalau dia mencari uang di hutan. Di hutan? ya akhirnya benar dia merintis usaha judi di dalam hutan di dataran tinggi Genting , yang sekarang menjadi kawasan Casino terbesar . Namanya diabadikan menjadi stasiun cable car di Genting,Gohtong Jaya station. Ingatanku melayang 6 tahun silam ketika pergi
bersama teman2 kantor ke sini. Aku berharap bisa membawa keluarga untuk main ke
sini. Alhamdulilah kesampaian sekarang. . Untuk naik Cable Car terpanjang di Asia
Tenggara
mengharuskan kita antri di
pintu masuknya. Oh ya kalau mau sholat di Genting ada mushola
(Surau)
letaknya di
basement gedung perhentian bus, sebelum kita naik ke stasiun cable car. Jadi
sebelum antri segitu panjangnya
sudah
amanlah , kewajiban sudah kita tunaikan.
Antrian mengular untuk naik cable car, sampai2
salah satu teman pingsan.
|
antrian cable car |
Kami diberi kesempatan oleh tour sampai jam 9 malam di
Genting ini; jadi bisa puas main atau sekedar melihat2
menikmati suasananya. Sudah malam, Keramaian
Genting
yang sudah mulai beranjak senyap
kami tinggalkan kami naik cable car lagi menuju perhentian bus,
panorama kota dibawah terlihat cantik,
gemerlap lampu-lampunya . Sekereta dengan kami ada 2 orang laki2 cina; sibuk
bercakap, menebarkan aroma sedikit berbau alcohol, mungkin habis bermain judi
nih orang. Berpapasan dengan beberapa kereta yang akan naik , terlihat sebagian
besar dinaiki oleh laki2 berpakaian necis, bahkan
berjas, mungkin mereka akan main judi di
casino. Dengan badan lelah, tibalah di hotel tempat kami menginap pada hari ke
2 dulu. Alhamdulilah sekarang kami dapat di lantai 4. Kamarnya bersih, ini
pasti berkat komplain sehingga membuahkan hasil juga.